RSS

Taman Cahaya



‘’Menulislah tanpa henti. Ceritakan pada kertas putih bahwa kamu masih punya hidup yang terlalu indah untuk dibuang’’
Haii gaesttt selamat malam........
Berawal dari sebuah pesan singkat yang dikirim oleh salah satu temen gue yang mengajak untuk bergabung bersama Sosial Community atau biasa disingkat SC untuk mengajar anak didiknya di sekitar Ciheleut, Bogor. Gue sepertinya tertarik untuk ikut ini. Apalagi hari mimggu pagi gue ngk ada kegiatan alias kosong. Lapak mereka sendiri menamakannya Taman Cahaya.
Gue kurang tau banget kenapa mereka menyebutnya Taman Cahaya. Yang jelas gue berharap semoga anak-anak didik merekalah nantinya yang akan membuat Lapangan-lapangan yang kosong tersebut menjadi taman yang bercahaya karna lantunan doa dan ayat-ayat AL_QUR’AN yang dibaca sama mereka.


Nah komunitas SC ini sudah berdiri sejak tahun 2013 didirikan oleh salah satu alumni AKA ‘’Kak Rifki” . SC merupakan komunitas eksternal di kampus AKA, yang notabene anggotanya sendiri adalah sekumpulan mahasiswa AKA yang memiliki rasa kepedulian. Target atau anak didik dai SC sendiri adalah anak-anak jalanan disekitar tugu kujang, dan sekitar di rumah rumah penduduk Ciheuleut. Itu sih kurang lebihnya yang gue tahu dari SC. Mengajarnya sendiri setiap hari minggu, dan juga bila kaka kaka pengajar nya ada waktu luang dihari Sabtu tidak ada agenda mereka gunakan untuk menengok anak-anak didiknya.Sebenernya gue udah sering denger komunitas ini, tapi gue baru ikut dan lihat proses mengajarnya baru tadi. Seperti yang gue lihat tadi, SC ini masih fokus pengejarannya pada keagamaan atau spiritual. Kita ajarin dan kita benerin dulu tuh akhlaknya. Owhh ya SC ini tidak sendiri tapi berkolaborasi dengan MSC (muslim Study Center) LDK KMA.
SC ini udah lama vakum sekitar 4 bulan begitu keterangan dari salah satu anggota SC (Ratna) dan baru mulai jalan lagi minggu-minggu ini. Karena mereka tersendiri terkendala di masalah internalnya.  Seperti yang gue lihat tadi, anak-anak digiring atau diajak kaka-kaka nya untuk ikut belajar berwudhu, sholat, dan mengaji. Karena tempatnya yang cukup sempit akhirnya memaksakan kita untuk membagi dua tempat. Yang belajar berwudhu dan sholat di dalam sebuah rumah kecil (majelis) dan yang mengaji di luar ruangan dengan menggunakan terpal.
Mungkin ini pertama kali gue menghadapi anak-anak yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Biasanya gue menghadapi anak-anak yang kalem-kalem. Tapi ini kok beda ya??? Duh 180 derajat bedanya. Mau dibilang ngeyel, tapi itu anak-anak. Mau dibilang usil tapi itu anak-anak. Terus gue harus gimana?? Diamm sejenak....
Yahh... maklum aja, lingkungan yang kamu injak saat ini berbeda dengan lingkungan yang kamu injak setiap harinya meskipun sama-sama di Bogor. Emang bener lingkungan itu mempengaruhi segalam macam karakter dan pola pikir seseorang. Seperti yang gue alami sekarang. Disini gue bisa mengobrol sama salah seorang warga sini namanya Pak Budi yang dulunya ia pernah sebagai pemulung.  Tapi bagi gue, bapak ini punya pemikiran yang berbeda dari masyarakat-masyarakat yang lain disekitar sana. Dia mempunyai jiwa-jiwa peduli dan mendukung dengan gerakan SC yang ada dikampung mereka.
Sempat bapak ini bercerita ke kita, bahwa ia menaruh harapan besar ke SC. Harapannya SC bisa mewujudkanya. Bapak ini punya keinginan yang sama dengan SC yaitu mendirikan perpustakaan. Pak Budi pun bersedia, apabila SC tidak punya tempat untuk menruh buku-buku boleh ditaruh dirumahnya. Dan mengizinkan anak-anak SC untuk mengajar anak-anak di rumahnya.
‘’Saya memang terlahir dilingkungan yang bodoh, tapi saya lahir tidak untuk bodoh’’ terangnya. Kata kata ini bikin gue lumer, meleleh bagai ice cream yang ditaburi cokelat panas. Hehe..... kata-kata bapak  ini masih gue ingat sampa sekarang. Apalagi dia juga sempat berkata ‘’saya memang bodoh, tapi saya menginginkan anak saya untuk pintar, untuk apa saya punya anak banyak tapi tidak bermutu, lebih baik punya sedikit tapi berkualitas’’
Yoii... barang branded broo......tapi emang keren kok bapak ini, kita sempat mengobrol banya tentang permasalahan kampung disana.
Disaat kita  berkumpul dama suatu lingkaran setelah usai mengajar. Pastilah ada sharing sharing sesama pengajar, pak budi pun turut ikut serta bersama kita. Beliau sempat berpesan kepada kami ‘’lahirkan lah generasi yang selalu menerapkan kejujuran dan latih lah mereka untuk berkata jujur karena oarang pintar itu belum tentu jujur tapi orang jujur akan sellau berusaha untuk pintar’’
Bogor , 28 Desember 2014


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar