Manusia
Mengubah Takdir .. Mampukah ?
Selalu
menggelitik memang untuk memahami apa yang akan terjadi esok, lusa, minggu
depan, tahun depan, atau seratus tahun ke depan !. Apakah takdir bisa berubah?,
apa yang menyebabkan perubahan takdir, dimana Allah berposisi dan melakukan
reposisi terhadap takdir?. Dan banyak lagi pertanyaan di wilayah ini.
Tidak
heran pembuat buku Salat Smart yang bukunya sudah beredar di negeri Jiran
mengulas dan mempertanyakan : Perlukah Memilih Takdir. Satu pertanyaan yang
saya jadi ragu mengelaborasinya, karena memang ada beberapa pandangan dalam
cara kita melihat takdir.
Saya lebih melihat bahwa takdir itu adalah
ketentuan Allah. Dan ketentuan itu tidak akan mengalami perubahan ataupun
kalaupun berubah, maka manusia “ditakdirkan” untuk tidak mampu mengamati
perubahan dari takdir itu sendiri.
Allah
Swt berfirman :
QS
48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Firman
ini menegaskan bahwa kita tidak akan dapat menemukan perubahan (melalui
pengamatan) bahwa takdir mengalami perubahan. Jadi apa saja yang kita akan
jalani dalam kehidupan, termasuk mimpi-mimpi sekalipun berada dalam arena yang
telah ditetapkan. Kemanapun kita
melakukan pilihan melangkah, termasuk menghindari terantuk dari batu, atau
memilih makanan pedas atau asin, semua adalah pilihan dari takdir. Jadi kemanapun kita berjalan, kita akan
memenuhi takdir kita !.
Jadi,
bisakah manusia mengubah takdir?.
Pertanyaan
yang aneh ?
Disini
kita menangkap dua pengertian terhadap takdir dalam masyarakat :
Pertama
: Takdir sebagai suatu ketentuan yang tidak mengalami perubahan dan telah
berlaku sejak dahulu, seperti disampaikan ayat di atas. Dalam pemahaman ini,
tentunya bekerja aksi-reaksi, hukum-hukum alam atau hukum fisika yang
diberlakukan sejak penciptaan pertama terhadap hukum-hukum alam semesta.
Kedua : Takdir sebagai prosesi kejadian - Yang
terjadi pada manusia. Ketika manusia
berada pada posisi beruntung, entah mendapat jodoh atau diterima untuk bekerja,
maka yang bersangkutan mencapai suatu posisi dari pilihan takdirnya.
Kembali
ke pertanyaan awal : Dapatkah manusia mengubah takdir?.
Pertanyaan
ini sulit juga ya dijawabnya. Kok
ditanya lagi !, bukankah kita "tidak akan" mampu melihat perubahan
takdir. Tapi, jelas pula bahwa Allah
juga tidak menyebutkan bahwa takdir itu tidak akan berubah, takdir bisa
berubah, namun manusia tidak mampu menemukan perubahannya. Kalau begitu, bagaimana manusia tahu bahwa
telah terjadi perubahan takdir !.
Bisakah
mengubah takdir? Banyak orang malas yang
menjadikan takdir sebagai dalih atas kemalasannya. Padahal, takdir itu bisa
diubah. 'Memang, tidak semua takdir bisa diubah'. Misalnya, jika kita
ditakdirkan sebagai seorang laki-laki, tidak bisa diubah menjadi seorang perempuan
( walaupun ada yang merubah dari laki-laki jadi perempuan ini bukan merubah
takdir tapi mendustai takdir).
Lalu
bagaimana cara kita mengubah takdir?
Cara
yang benar dan tepat, tentu saja harus bersumber dari Pembuat takdir yang tiada
lain Allah SWT melalui Al Quran dan Hadits Nabi saw.
Bagi
Anda yang belum tahu, bahwa takdir bisa diubah, silahkan simak hadist berikut:
Hadits
dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi
SAW Bersabda :
“Barangsiapa
hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya.
Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang
yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang
sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir
kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan
Hakim)
Cara
Mengubah Takdir
Yang
pertama Yaitu dengan berdo’a. Dalilnya ialah hadits diatas.
Yang
kedua Yaitu Bersedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Silaturrahmi dapat
memperpanjang umur dan sedekah dapat merubah taqdir yang mubram” (HR. Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad).
Yang
ketiga yaitu Bertasbih. Ada hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad Ibnu Abi
Waqosh, Rasulullah bersabda : “Maukah kalian Aku beritahu sesuatu do’a, yang
jika kalian memanfa’atkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah
akan menghilangkan kesedihan itu? Para
sahabat menjawab : “Ya, wahai Rasululullah, Rasul bersabda “Yaitu do’a
“Dzun-Nun : “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADH-DZHOLIMIN” (Tidak
ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara
orang-orang yang dholim”). (H.R. Imam Ahmad, At-Turmudzi dan Al-Hakim).
Yang
keempat yaitu Bershalawat ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay Ibnu
Ka’ab, bahwa ada seorang laki-laki telah mendedikasikan semua pahala
sholawatnya untuk Rasulullah SAW, maka Rasul berkata kepada orang tersebut :
“Jika begitu lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni” (H.R Imam Ahmad
At-Tabroni)
“Tidak
ada yang mengubah takdir kecuali do’a”
Dalam
sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang
Allah ta’aala telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat mengubah
takdir ialah doa seseorang.
Bersabda
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:
“Tidak
ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak
ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.”
(HR Tirmidzi 2065)
Subhanallah…!
Betapa luar biasa kedudukan do’a dalam ajaran Islam. Dengan do’a seseorang bisa
berharap bahwa taqdir yang Allah ta’aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini
merupakan sebuah berita gembira bagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya
hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Ia akan menjadi orang yang
optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi
kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat
Allah ta’aala dan ia mau bersungguh-sungguh meminta dengan do’a yang tulus
kepada Allah ta’aala Yang Maha Berkuasa.
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi).”(QS Az-Zumar 53-54)
Demikianlah,
hanya orang yang tetap berharap kepada Allah ta’aala saja yang dapat bertahan
menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan
senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah ta’aala dalam
keadaan apapun, maka derita dan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin
berakhir dan bahkan berubah.
Sebaliknya,
orang yang tidak pernah kenal Allah ta’aala dengan sendirinya akan meninggalkan
kebiasaan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’aala. Ia akan terjatuh pada salah
satu dari dua bentuk ekstrimitas. Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau
kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah
keadaan. Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah ta’aala –termasuk
bersandar kepada dirinya sendiri- maka pada saat itu pulalah Allah ta’aala akan
mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi
yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang
mempersekutukan Allah ta’aala dengan yang lain. Berarti orang tersebut telah
jatuh ke dalam kategori seorang musyrik…!
“Dan
Tuhanmu berfirman, “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS Al-Mu’min 60)
Dan
yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti
meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan
menjebloskannya ke dalam siksa Allah ta’aala yang pedih. Maka Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
“Barangsiapa
tidak berdo’a kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.” (HR
Ahmad 9342)
Saudaraku,
janganlah berputus asa dari rahmat Allah ta’aala. Bila Anda merasa taqdir yang
Allah ta’aala tentukan bagi hidup Anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah
kedua tangan dan berdo’alah kepada Allah ta’aala. Allah ta’aala Maha Mendengar
dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir Anda. Barangkali di antara do’a yang
baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah ta’aala mengubah taqdir
ialah sebagai berikut:
“Ya
Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku.
Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah
akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah
hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku
sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)
0 komentar:
Posting Komentar