‘’Mardinata”
Buka buku berdebu,
buku yang dipungut dekat lokasi darah amis. Kemarin, ntah apa penyebabnya
berdebu. Akibat tidak tersentuh oleh waktu atau akibat debu2 dari jalankah?
Debu disapu dari
buku itu dengan menggunakan tangan kekar. Didalamnya terdapat coretan2 tak
berbentuk jelas, seperti garisan ular yaang tidak terlalu lurus warna warni.
Merah, hitam, putih dan hijau. Ujung sebelah kiri dalam empat persegi panjang
itu berbentuk segi tiga merah. Mungkin ini berbentuk bendera, yang jelas di
cover buku ini tertulis dua kata. Dia baca dengan keras, berulang ulang kali.
Malam di sinilah cerita2 buku ini dibacakan, berteman lilin2. Air mata keluar,
dengan pengaruh gravitasi jatuh keatas kertas kuning, yang bagian ujungnya
telah robek.
Istrinya mendengar
dibalik tembok kamar. Dia membiarkan suaminya berteriak2 . malah dia menangis
mendengar suaminya berteriak2 sendiri sedemikian.
Apakah dia gila??
Atau hanya membaca puisi sendirian??
Sebentar2 dia
berhenti. Berdiri. Mendekati jendela. Menembus pandangan melalui kaca yang
sebagian pecah atau retak. Menatap sebuah ayunan kayu. Ayunan itu bisu
kedinginan ditempat.
Lalu, dia membaca buku
itu lagi dengan keras2. Sekali2 menatap bingkai foto diatas meja. Diangkatnya
bingkai itu, dibawanya bergerak seiring irama tubuhnya.
Mulai malam ini,
hanya dia dan seseorang yang dikasihinya yang hadir dirumah ini. Rumah yang
tidak punya atap secara penuh. Tidak ada lagi yang merengek-rengek minta
dibacakan buku ini, buku itu. Sejak hari ini tidak ada lagi yang
mengganggu pekerjaanya. Biasanya tiap hari ada saja yang mencoret2 kertasnya.
Ada yang membuat dia
marah dimeja kerjanya, meja untuk memeriksa tugas2 kuliah mahasiswa
universitaz Islam Gaza.
Minggu lalu, sempat
kakinya digoyang2kan oleh tubuh mungil, lalu dia memandanginya.
Tubuh kecil itu
membawa buku, buku yang ukurannya melebihi lebar perutnya. Minta dibacakan ,
karena dia senang untuk dibacakan. Dia hanya paham gambar2 yang ada dibuku itu.
Penuh dengan warana, ada merah, hitam, putih dan hijau. Hanya itu yang dia
tahu.tidak tahu susunan huruf dua kata tersebut.
Yang jelas gambar2
dibuku itu adalah senjata, ketapel, bendera, darah merah,tentaradan tank.
Pria bertubuh besar
itu menoleh kekanan bawah, lalu sibuk lagi dengan kertas2 itu. Si mungil terus
merengek minta dibacakan bukunya.
Buku tiu pemberian
ibunya. Ketika ulang tahunnya, dia sangat senang diberi buku itu. Karena
gambar2nya yang membuat dia suka, yaitu gambar2 kakak kelasnya yang menutup
wajahnya dengan kain kotak2 hitam putih. Hanya tersisa dua mata yangmasih
terlihat.
Melihat kakak2 yang
membawa batu dan ketapel. Untuk kedua kalinya pria itu menoleh kepada si gadis
kecil. Dengan muka berubah merah, dia menunjukkan kearah pintu, tanda anak itu
disuruh keluar, mungkin dia tidak mau diganggu.
Gadis kecil itu
perlahan membalikkan badannya, langkah2 kecil menuju pintu, menuruti perintah
abinya. Terdengan dia memanggil ibunya, mungkin dia ingin ibunya membacakan
buku besar itu untuknya.
Mendekati ibunya,
menarik narik rok kecil ibunya. Menyodorkan buku itu kepada ibunya. Diserahkan
ke ibunya, karna dia sudah bukakan buku itu.
Ibunya menoleh,
memegang bahu gadis imut itu, lalu ibunya mengambil tas dan pergi kekamar itu.
Ia ikuti ibunya, dengan tangan imutnya tetap menarik2 ibunya, mengeluarka air
mata. Merengek2. Terisak2 menangis. Dengan tangan kanannya tetap memegang buku
itu. Hanya memandang ibunya, matanya merah, ingusnya naik turun keluar masuk
dari lubang hidungnya, menggigit jari tangannya.
Acuh terhadap
lambaian tangan ibunya, menatap kosong mobil keluar dari rumahnya.
Malam..berbintik2
bintang, suara itu datang lagi,sekarang lebih keras dan lama. Benda samar2
makin jelas datang, dari langit turun kebawah, dengan memutar mutar kota malam
itu.
Helikopter Apache
Kemudian dari benda
itu keluar sekilat sinar yang berasap.
Burrr
Gelegarr
Hilang lagi
helikopter. Sekejap lampu kota mati. Gelap gulita, hanya bintang bersinar
Sinar itu datang lagi,
namun bukan dari langit, tapi dari bumi kelangit.
Subuh masuk, adzan
bergema. Matahari mulai tampak.tampak jelas, banyak reruntuhan puing2 gedung di
Gaza.
Kata orang2 , gedung
Universitas Islam Gaza runtuh akibat serangan bom dari Apache itu.
Abi bocah itu, siap2
pergi kesana, gadis kecil2 lagi2 membawa buku bergambar bendera dengan
duakata itu. Menarik2 baju abinya. Seolah2 tidak mau berpisah daro orang
tuanya. Yang kata ibunya, abinya mau melihat gedung universitas yang dibom
Israel.
Malam kedua kesendirian
ini seharusnya tidak terjadi, bukan berteman malam yang dingin dan raungan yang
memekak telinga dari langit. Tidak berkoar koar lagi, tetap memeluk buku
bergambar bendera itu. Sekarang tidak didalam rumah, duduk diayunan kayu dengan
memandang senjata dikiri, dan buku bendera dikanan.
Dia menatap langit,
berharap ada suara dari langit malam ini, berdoa ada cahaya asap putih datang
diatas kepalanya.
Lembaran buku itu
dibolak baliknya ,hanya itu tang bisa ia lakukan, tak dapat dibaca, gelap lampu
mati.bulan purnama pun tak muncul
Doanya belum
dikabulkan, tak ada suara2 yang diharapkannya datang. Ntahlah..apa penyebab
doanya tak terjadi, apakah dosa2 akibat tak membaca buku itu untuk gadis
tunggalnya?? Apakah dia tidak bisa menjadiabi yang baik?? Abi yang peduli
dengan anaknya.
Dalam ayunan itu,
dia tetap teguh menatap langit. Sekali2 ia menunduk kebawah. Karena lehernya
letih melihat langit.
Subuh hampir
menyapa. Matanya tetap melek, sesaat dia berdiri. Duduk lagi di ayunan,
berdiri, berjalan. Memasuki rumah tak berpintu. Sehingga angin malam dan siang
tak perlu susah masuk kerumah itu. Berdiri menghadap bingkai foto ditembok.
Gambar gadis kecilnya.
Tiga hari lalu,
gadis kecil itu berdiri ditepi jalan, hanya berharap abinya datang. Sekali lagi
tak bosan2 memeluk buku bergambar bendera itu. Dia tahu dari ibunya, abinya
pergi kekantor yang telah dibom Israel. Dan dia yakin, abinya akan pulang cepat.
Dalam berdirinya,
terdengar suara langit menderu.
Burrrr
Meledak...menghancurkan
bangunan didekat rumahitu. Gadis mungil itu berlari bersama ibunya.
Jatuh...terpisah..dari ibunya.pandangan gadis itu tertutup asap bom dan debu
tanah.
Brukkk
Gadis itu tertabrak
/ ditabrak oleh mobil ketika berlari. Jatuh...hidungnya tidak mengeluarkan
ingus, tapi darah segar.abi gadis itu keluar dari mobil, lebih dari terkejut.
Dia menabrak anak semata wayangnya. Gadis itu tetap memegang buku itu.
Lelaki itu
mengangkat tubuh si gadis mungil, dia masukkan kedalam mobil bersama buku yang
sudah berdarah. Mata gadis itu membuka kemudian menutup dengan lemah., untuk
kemudian tertutup dalam waktu yang lama. Dengan posisi tangan kanan
mungilnya terletak persis diatas dua kata dicover buku itu.
0 komentar:
Posting Komentar