RSS

Keistimewaan Jogjakarta

Keraton Yogyakarta
Keistimewaan kota Jogjakarta dalam balutan kekayaan tradisi dan filosofi hidup. Kata Keraton berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu atau raja. Secara fisik (ambil dari google) istana para Sultan Jogjakarta ini memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara),  Kamandhungan Ler (kamandhungan Utara), Sri Manganti , Kedhaton, kamagangan, Kamandhungan Kidul, Siti Hinggil Kidul. Secara garis besar wilayah keratin memanjang 5 km kea rah selatan hingga panggung Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di tugu.
Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik. Bisa dibaca secara simbolik filosofis bahwa dari panggung Krapyak menuju ke Kraton menunjukkan sangkan. Yaitu asal mula penciptaan manusia sampai manusia tersebut dewasa.
Bangunan bangunan di keratin yang bernuansa Arsitektur Jawa tradisional ini juga punya beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berkonstruksi Joglo atau turunan Konstruksinya. Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun pintu yang terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut renteng atau baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornament yang khas.
Di dalam banguna benteng , selain ada bangunan keratin tempat tinggal raja dsekitarnya juga ada sejumlah kampong sebagai tempat bermukim penduduk, yang pada zaman dahulu merupakan abdi dalem keratin, namun pada perkembangan berikutnya, hingga sekarang orang yang tinggal di dalam benteng keratin tidak harus sebagai abdi dalem.
Kompleks keratin Sultan Jogjakarta terletak di Pusat kota Jogjakarta , tepatnya persis di sebelah selatan titik km.0 kota Jogjakarta. Dari tugu Jogjakarta , tinggal berjalan lurus ke selatan, melewati jalan Malioboro hingga memasuki gerbang utara Keraton di alun alun Utara Jogjakarta. Karna letaknya dipusat Kota Jogjakarta, fasilitas akomodasi di sekitar kompleks keratin sangatlah lengkap. Kalian mau apa aja insya Allah ada deh. Hhe..
Segala macam hotel pun juga ada, tinggal pilih hotel yang berbintang atau berbulan dan segala jenis restoran / tempat makan dari resto yang mahal sampai angkringan pun ada. Disepanjang jalan menuju Keraton mata pun di manjakan dengan keanekaragaman cinderamata , pakaian, kerajinan, dan makanan khas Jogjakarta di sepanjang jalan malioboro, pasar Bringhardjo maupun di toko toko di sekitar kompleks keratin. Semuanya tidak terlalu jauh dari keratin dan bisa ditempuh jalan kaki.
Kawasan keraton ini buka setiap hari Senin-Minggu, jam 08.00-13.30 kecuali Jumat 08.00-11.30. harga tiket 5000 rupiah. Kena cas seribu kalo bawa kamera.
#nostalgia semasa SD berkunjung ke Keraton Ngayogyakarta.


Taman Sari
Ini adalah Istana air yang penuh dengan gemericik air yang indah dipandang mata. Lorong lorongnya yang rahasia serta ditambah bangunan arsiteknya yang kuno. Kerreenn bingitttzzz….
Masa setelah perjanjian Giyanti Pangeran mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono 1 membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Untuk menghormati jasa istri sultan karna telah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana diumbul yang terletak 500 m selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian dari bunga bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman Sari.
Kerenn bingitzz brooo, airnya yang jernih berkolaborasi dengan tembok warna krem yang gagah mengitarinya.

Untuk tiket masuknya waktu itu kami seharga Rp 5000,00 tapi untuk wisatawan mancanegarakurang tau ya. Hehe kan kita ambil yang domestic.hhe
Okay perjalan terakhir sebelum pulang, kayaknya ga afdhol kalo ga beli sesuatu di Jogja. Beli baju yang bertuliskan malioboro. Sebagai bukti nih kalo kita pernah kesana. Ekeke alay……
Malioboro
Malioboro itu berasal dari Bahasa sansekerta yang berarti karangan bunga , mampu menarik wisatawan. Maloboro manjadi cinderamata di janting kota Jogjakarta.
Menikmati pengalaman berbelanja yang oke bingitzz ala Rahma dkk. Berburu cinderamata khas jogja, kita bisa berjalan kaki sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Disini kita akan temui banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan local seperti batik , hiasan rotan , wayang kulit.kerajinan bamboo (gantungan kunci, lampu hias dll) juga blankon (topi khs jawa) serta barang barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak Pernik umum juga banyak ditemui ditempat perdagangan lain.
Ini adalah hasil hunting narsis kitaaa. Tetteettt………
Perjalanan menuju Malioboro

Di Tamansari





Keraton






Yogyakarta, 06 Agustus 2014

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar