RSS

Hujan Inspirasi


Bogor kota indah sejuk nyaman
Bagai bunga didalam taman
Selalu disinggahi wisatawan
Sungguh menarik perhatian
Disana banyak pemandangan dan peristirahatan
Nan indah serta damai
Disana aku dilahirkan dan aku dibesarkan
Di kota kesayangan ‘’BOGOR”
~MARS BOGOR~
            Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya ketika saya memasuki dunia kampus akan dipertemukan dengan sebuah program sosial bernamakan PPBY ( Pelaksana Beasiswa Yatim Dhuafa ). Saya adalah tipe orang yang memiliki karakter ingin bebas, tidak suka diatur dan tentunya tidak suka dengan anak-anak. Bahkan menurut saya anak-anak itu adalah makhluk kecil yang menjengkelkan dan maunya banyak kalau ada sesuatu yang tidak dituruti.
            Pandangan saya mengenai anak yang menjengkelkan tiba-tiba luntur tanpa saya sadari ketika dihadapkan sebagai pengajar di PPBY. Yapzzz, PPBY ini mempunyai segudang kegiatan salah satu kegiatan rutinnya ialah mengajar di SD Cimahpar IV setiap hari sabtu dan mengajar di Kp.Blentuk setiap hari Minggu. Banyak keseruan dan kisah-kisah unik yang saya alami. Arghh.. rasanya ingin mencoba kembali mencicipi jadi anak-anak lagi. Dunia kalian itu memang lucu. Sedih, gundah, marah, menangis, murung, tertawa, jengkel, bahagia. Tak satu pun kalian kenal semua kerumitan itu, bukan karena kalian tidak mengalaminya tapi karena kalian belum memahaminya.
‘’Dunia kalian adalah dunia yang selalu dirindukan bagi orang-orang yang ingin merindu. Entah mungkin dunia kalian yang sudah lama belasan tahun kami tinggalkan atau memang dunia kalian yag selalu mengundang banyak perhatian’’
Hari ini adalah hari yang penuh dengan kejutan. Betapa tidak ??? Ini pertama kalinya saya mengajar anak-anak, masih ingat waktu pertama kali saya mengajar yaitu di SD Cimahpar IV menginjakkan kaki di kelas VI. Masih bingung??? Materi apa yang akan saya ajarkan kepada anak-anak disana??? Arghh rasanya ingin mati saat itu juga. Sesampai didepan kelas langkah pun terhenti. Saya melihat sosok anak laki-laki yang tinggi melebihi saya. Si anak laki-laki itu menyapa saya ‘’masuk Kak’’ katanya.  ‘’Iya’’ jawab saya dengan perasaan hati yang dag dig dug derrr karena tidak tahu materi apa yang ingin saya ajarkan ke mereka. Ketika saya berdiri didepan kelas, beberapa anak pun bertanya ‘’Kaka hari ini kita belajar apa?’’ yang saya lihat mereka sangat bersemangat dan haus akan ilmu. Kontras sekali  saat saya berada di kampus ketika dosen tidak ada , terdapat mata kuliah yang kosong malah mengucapkan ‘’Yesss…alhamdulillah’’.
Sebelum memulai pelajaran kami pun berdoa ‘’Bismillahirrohmanirrohim……’’ setelah selesai berdoa saya pun berkata ‘’Hari ini kita enaknya belajar apa ya??’’ Sebenarnya pertanyaan ini aneh bagi saya sendiri, mengingat posisi saya waktu itu adalah sebagai pengajar namun justru bertanya ingin belajar apa???
 ‘’Matematika aja ka’’ kata mereka.
‘’Hmm bolehh.. baiklahh sampai mana materinya??’’ Jawab saya
Anak-anak yang antusias pun mendukung pembelajaran waktu itu. Dan Alhamdulillah hari itu saya merasa cukup terhibur. Sepertinya saya mulai ketagihan dengan kegiatan rutin mengajar ini. Meski terkadang hati pun masih diliputi rasa dag dig dug ketika berdiri di depan kelas.
Ku titipkan pendidikan bangsa ini kepada mu ( Ki Hajar Dewantara)
            Jujur saya lebih menyukai dunia saya yang sekarang. Saya bangga karena seorang guru hebat menitipkan sebuah kalimat sederhana yang memberikan kecintaan terhadap Ibu Pertiwi semakin bertambah. Karena dirahimnya lahir seorang Ki Hajar Dewantara yang semangatnya terus hiup dulu, kini dan nanti. Bukan hanya itu namun dengan kalimat sederhananya ia mampu menggerakkan hati para generasi muda Indonesia. Kebanggan iytu harus diwujudkan dalam bentuk meneruskan harapan mereka agar pesan Ki Hajar Dewantara tersampaikan dan terus berkesinambungan.
*Kembali mengajar (lain hari)
Heyyy hari ini hari Inspirasi. Pelajaran kali ini saya buat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Hari ini saya sangat bersemangat dan semangatnya pun lebih on dari biasanya. Yess hari Inspirasi pun tiba, hari yang sudah saya nantikan. Berbeda sekali dengan waktu pertama kali mengajar, hari yang selalu ingin dihindari. Sesampai di depan pintu gerbang  ‘’Bismillah’’ semoga sesuai dengan rencana. Okee pertempuran dengan anak-anak pun dimulai ciatt ….ciatt ciattt…..saya sengaja memilih kelas tiga karena saya punya rencana dikelas itu. Sebelum pelajaran dimulai saya pun membuat perjanjian terlebih dahulu sama anak-anak, sstttt biar nantinya kelas pun terkondisikan.
‘’Oke anak-anak sebelum memulai belajarnya, siapa nih yang mau pimpin doa’’??
‘’Nopal ka Nopal’’ jawab anak-anak yang lain
‘’Silakan Nopal , pimpin teman-temannya buat berdoa’’ perintah saya
Setelah itu saya membuat perjanjian kelas yang isi perjanjiannya adalah tidak boleh keluar masuk kelas sebelum belajarnya selesai. Nah lohh….mereka pun garuk-garuk kepala mereka yang tidak gatal. Hmm lucu yaa mereka, setelah lama berpikir akhirnya mereka pun setuju dengan perjanjian itu meski ada satu atau dua yang agak bandel dan susah diatur tapi tak apalah itu akan menjadi suatu tantangan buat saya sendiri. Selanjutnya adalah pemasangan label atau sejenis name tag pada baju anak-anak, biar nanti ketika saya memanggil salah satu anak tidak lupa nama si A siapa dan nama si B siapa. Anak – anak pun saya bagi menjadi beberapa kelompok, sengaja saya bentuk kelompok karena saya ingin melihat anak-anak bisa bekerja sama dalam tim. Terdapat lima kelompok, satu kelompoknya terdiri dari lima orang. Satu kelompoknya saya beri satu buku cerita, dan mereka harus bisa berbagi cerita dengan teman-temannya.  Saya beri waktu buat mereka sekitar 15 menit buat membaca cerita itu sampai selesai dengan kelompoknya masing-masing , setelah 15 menit itu berlalu saya berusaha buat mancing keberanian mereka.
‘’Ayoo  siapa nih yang mau maju kedepan duluan buat bercerita tentang buku yang kalian baca tadi??’’ disitu saya merasa senang, anak-anaknya sangat antusias dan bersemangat sekali. Ada 3 kelompok yang ingin berebut kedepan duluan dan dari bertiga kelompok itu tidak ada satu pun yang mau mengalah. Duhh seketika itu saya dibuat pusing oleh mereka. Akhirnya saya suruh mereka untuk hoommpimmpahh untuk menentuka siapa yang akan maju terlebih dahulu. Seketika mereka bercerita tentang buku bacaan masing – masing kelompoknya, anak-anak sangat lucu sekali ada yang bercerita mirip gaya reporter yang melaporkan informasi yang telah ia peroleh, ada yang mirip gaya pak ustad ketika berbicara, ada yang tampil dengan malu-malu, cukup menghiburr. Mereka berusaha menampilkan potensi mereka dengan gaya pribadi masing-masing.
Selanjutnya , saya memberikan dua video inspirasi kepada mereka. Video tentang berbagi mimpi dan cita-cita. Yaps saya sangat suka sekali dengan moments yang ini. Harapannya anak-anak tahu akan cita-cita dan mimpi mereka, bahkan cita-cita itu luas tidak hanya menjadi guru dan dokter saja. Dan inilah saatnya anak-anak berbagi mimpi dan cita saling bertukar cerita dengan teman-temannya. Post card yang telah saya siapkan pun saya bagikan ke anak-anak dan mereka wajib mengisikan nama, kelas dan cita-cita mereka. Senangnya ketika melihat mereka menempelkan cita-cita mereka yang sangat luar biasa hebatnya. Kerrenn…ada yang bercita-cita jadi Dokter, Pemain sepak bola, Guru, Penyanyi, Penari, Koki, Reporter, Perawat, Pilot dan masih banyak lagi. #Terharu…..setelah kegiatan itu berlangsung saya mencoba untuk mendokumentasikan beberapa kegiatan yang telah saya lakukan dihari itu juga. Arghh rasanya , saya tidak ingin berpisah dari kalian. Dan mungkin dokumentasi kegiatan mengajar PPBY telah bertebaran dimedia sosial.
‘’Kalian telah membuat saya jatuh cinta’’





Saya selalu membayangkan ketika anak-anak itu menuliskan mimpi dan cita-cita mereka. Apakah mereka menuliskannya dengan gembira atau justru dengan kecemasan??? Gembira membayangkan kegembiraan ketika mencapai cita-cita itu. Atau kecemasan tentag apakah mereka akan sanggup menggapainya. Atau bila tidak , apalagi yang mereka pikirkan??? Ketika mereka menempelkan cita-cita mereka dalam sebuah kertas polos dengan tinta warna warni. Tiba-tiba saya seperti mendengar ribuan suara lafal dan doa anak-anak itu dengan segala impian bahagia dan sekaligus kecemasan mereka. Seolah-olah mereka sedang menaruh harapan pada kertas kecil. Mereka seperti memilih dengan sadar dan mengirimkan proposal itu pada Yang Maha Kuasa. Dan seolah-olah mereka siap dengan segala resiko ketika menaruh pilihan dalam goresan kertas itu. Dan rumitnya setiap titik dalam goresan itu adalah moment-moment perjalana panjang mereka ke depan. Goresan dalam tulisan itu seperti skala dalam perbandingan peta : 1 cm dipeta menggambarkan sekina juta cm dalam hidup sebenarnya. Titik dan garis itu seolah-olah jatuh, bangun, gagal, maju dan barangkali juga menggambarkan rangkaian ujian hidup sebenarnya.
Mereka adalah mutiara-mutiara yang berserak. Ini adalah saatnya kita mengumpulkan mutiara-mutiara itu. Menyakinkan kepada mereka bahwa mereka itu pantas untuk bermimpi. Namun tidak dengan kini, mutiara-mutiara itu bersinergi. Masing-masing diri semakin berkilau dan paduan sinar mereka akan menjadi inspirasi untuk negeri. Terimakasih PPBY telah memberikan kesempatan kepada saya untuk bergabung dalam sebuah kerumunan yang positif. Dan indahnya moments ini pun tidak dapat dibeli saya beruntung pernah ada dan pernah merasakan moments bareng PPBY. Bisa merasakan Best moment adalah anugerah terindah yag tidak bisa dikonversikan kedalam angka diskret, kesenangan seperti ini tidak dapat dihitung, uncountable. Bisa menikmati dan merekam setiap detik yang berlalu dalam adegan seperti hari ini, beberapa minggu, bulan bahkan tahun adalah sebuah keberuntungan buat saya. Karena saya tidak akan pernah tahu apakah moment itu akan saya rasakan di hari esok dan esoknya lagi.
Moments yang sekarang sudah berubah nama menjadi memory. Seperti yang pernah dituliskan oleh seorang teman ‘’memmory is something to remember, when we’ve go it, please for never leave it’’.

*Diikutsertakan dalam lomba menulis Kisah Inspirastif PPBY

Bogor, 17 Maret 2015
Dimana bintang bergatung, dimana impian juga digantungkan






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar